- Buat folder baru dalam memory external, dan beri nama yang mudah diingat (misalnya: games)
- Jalankan Directory Bind
- Pilih �allow� untuk konfirmasi Superuser
- Tab pada tombol switch sebelah kanan-bawah hingga tertera tulisan �Hidup� atau �On�
- Pilih Menu > Add new entry
- Tap dan tahan pada kolom Source (data)/kolom pertama, hingga menu explorer terbuka
- Kemudian pilih folder �games� yang barusan kamu buat pada langkah satu (misalnya: ext_sdcard/games/)
- Tap dan tahan pada kolom mount (target)/kolom ke-dua, menu explorer akan terbuka
- Pilih folder dimana data yang akan dipindah disimpan( biasanya di folder android pada internal)
- Centang pada kotak �transfer files from target to data� (dengan memberi tanda centang pada pilihan ini, data akan dipindah ke memori external dan data pada memori internal akan dihapus)
- Tap Add, dan proses penyalinan data-pun dimulai
- Setelah selesai, pastikan kamu akan mendapati ikon disket disebelah kiri layar dan tanda centang pada sebelah kanan layar. Lalu pilih menu > bind checked atau klik ikon disket
- Pastikan pula tombol switch di sebelah kanan-bawah berada pada posisi Hidup/On
- Selesai data berhasil dipindah ke eksternal tetapi data yang dipindah masih ada di internal.data yang agan lihat di internal itu sebenarnya sudah diredirect ke eksternal.apabila ingin memindahkan data yang lain, folder pada source data harus kosong.Lakukan setting preference
Untuk Download Directory Bind silahkan klik disiniSelamat mencoba!http://forum.xda-developers.com/showthread.php?t=1410262
#QieQuote
"One of the most important keys to success is having the discipline to do what you know you should do, even when you dont feel like doing it."
Jumat, November 22, 2013
Cara Memindahkan Data Games, aplikasi ke Memory Eksternal Menggunakan Directory Bind di Samsung Galaxy B5330 (Galaxy Chat)
Sering kalii memori internal yang ada di samsung GC qt g mencukupi buat instal segala macem jeniis game dan aplikasi. nah disiniii gw maw share cara mindahin game dan juga plikasi ke memory external menggunakan Directory Bind. ginii niih caranya :
ROOT MITO A300 TANPA PC
Beberapa saat lalu, temen gw dayat minta tolong buat ngerot enpun nya MITO A300,. nah gw bilang aja search di gugel asti byk deeh tutorialnya, tapii dy bilang g bisaa. yaudaah akhirnya gw bantuiin deeh, entah gw yang beruntung ato gmna nemu juga cara ngeroot ini mito tanpa ngugunaiin PC. yang dibutuhkan cuma sebuah aplikasi yaitu Framaroot. nah sebelum mulai ngeroot, kamu harus melakukannya dengan resikomu sendiri. yang asti garansi HH qm udah gak berlaku lagii... kaloo udah yakiin, ginii niih caranya :
- Pastikan bawa batre enpuun muu berisi minimal 50%
- Download Framaroot lewat enpun disini
- install Framaroot
- Klik bagian Boromir
- Lalu restart HH mu
- Selesai
Setelah HH mu di restart, coba cek di menu apakah aplikasi super user ssudah teristall. jika sudah maka HH mu sudah selesai di root.
Kamis, November 21, 2013
Mars Palang Merah Indonesia
Lirik "Mars PMI"
Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila
Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi
Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa
Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila
Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi
Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa
Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
Stop Motion Project iseng - iseng
Kemaren2 gw iseng2 bikiin stop motion gituu...
nah stop motion yang kedua itu buat kado ultahnya sijejel yang ke 23 tanggal 29 Maret 2013.
sebenernya bikiin stop motion gak ribet2 amaat kok, cumaaa mesti sabaaaaaaaaaar bangeeet, kaloo g sabaaar ya g bakalaan selesaii, soalnya untuk beberapa menit video bikiin nya bikiin sekian jam,, preaper ide, konsep, pengambilan foto, pencahayaan, musik, yah komposisi gtuu deeh. tapii setelaah seleesaii bikiiin, waaah ada rasa puas tersendirii nonton video ituu..
oke deeh sekian postingan gw kalii iniii.... :D
belom sempurna siih, tapii lumayan laah buat pemula.
tapi sebenernya video ini udah gw post di youtube.
tapi sebenernya video ini udah gw post di youtube.
video yg pertama itu pas anniversary yang ke3 ama sijejel.
ini niih video nyaah..
nah stop motion yang kedua itu buat kado ultahnya sijejel yang ke 23 tanggal 29 Maret 2013.
Nah Video yang ketiga itu lebih simple, soalnya stop motion buat ngucapiin met ramadhan doank..
dan yang terakhir video keempat nii. pesanan temen gw feri buat ultah ceweenya..
inii niih videonyaaah
inii niih videonyaaah
nah itu dy stop motion yang pernah gw bikiin, seperti yang gw bilang sebelumnya, stopmotion ini masih belum sempurna, kameranya aja masiih goyang2, ada juga kesalahan2 keciil.. namanya juga pemlaa... hehe
sebenernya bikiin stop motion gak ribet2 amaat kok, cumaaa mesti sabaaaaaaaaaar bangeeet, kaloo g sabaaar ya g bakalaan selesaii, soalnya untuk beberapa menit video bikiin nya bikiin sekian jam,, preaper ide, konsep, pengambilan foto, pencahayaan, musik, yah komposisi gtuu deeh. tapii setelaah seleesaii bikiiin, waaah ada rasa puas tersendirii nonton video ituu..
oke deeh sekian postingan gw kalii iniii.... :D
Label:
anniversary,
birthday,
foto,
grafis,
ide,
pacar,
Stop motion,
temen,
ulang tahun,
video
Syarat - Syarat Evaluasi Program
Syarat – syarat evaluasi program :
a)
Berorientasi kepada
tujuan.
b)
Berorientasi kepada
criteria keberhasilan.
c)
Menyeluruh
(komprehensif), mencakup seluruh kegiatan dalam program dan penyelenggaraanya
dilaksanakan secara terpadu seluruh komponen program.
d)
Serasi dan
berkesinambungan.
e)
Menggunakan berbagai
sumber informasi dan teknik
Untuk dapat menjadi evaluator,
seseorang harus memnuhi persyaratan sebagai berikut :
- Mampu
melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator
adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi
program yang didukung oleh teori dan keterampilan prakatek.
- Cermat,
dapat melihat celah – celah dan detail dari program serta bagian program
yang akan dievaluasi.
- Objektif,
tidak mudah dipengaruh oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan
data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil keimpulan
sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus di ikuti.
- Sabar
dan tekun,agar di dalam melaksanakan tugas dimulaia membuat rancangan
kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrument, mengumpulkan
data, dan menyusun laporan, tidak
gegabah dan tergesa – gesa.
- Hati
– hati dan Bertanggung Jawab.yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan
penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat,
berani menanggung risiko atas segala kesalahannya.
Berdasarkan persyaratan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak
semua orang dapat menjadi evaluator. Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
Hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan
penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak
sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian
dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak
mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan
instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan
instrumen.
Prinsip
– prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi program :
a)
Pelaksanaan evaluasi
didasarkan atas tujuan tertentu.
b)
Evaluasi harus bersifat
obyektif.
c)
Evaluasi bersifat
komprehensif.
d)
Evaluasi dilaksanakan
secara kooperatif.
e)
Evaluasi hendaknya
dilaksanakan secara efisein.
Evaluasi harus dilaksankan secara berkesinambungan
Instrumen
Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain
1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Objectivitas
4. Pratikabilitas
5. Ekomonis
6. Taraf Kesukaran
7. Daya Pembeda
Validitas
Sebuah Instrumen
Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud
Validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Ada tiga Aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil
belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi Rendah nya
validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan
koefisien validitas.
Reliabilitas
Instrumen
dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapta
menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak
diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan
seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu,
maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah
terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji
reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
Objectivitas
Instrumen
evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi dari
si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas
yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman
tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
Evaluasi harus
dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali
dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on
the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang
obyektif tentang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan
sangat mengganggu hasilnya.
Praktikabilitas
Sebuah intrumen
evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat
praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan,
tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada
audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya
artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang
jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.
Ekonomis
Pelaksanaan
evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Taraf
Kesukaran
Instrumen yang
baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience
mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece
putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p
yang dinyatakan dengan “Proporsi”.
Daya
Pembeda
Daya pembeda
sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audience
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan
dengan Index Diskriminasi.
Aspek dan Dimensi Evaluasi Program
Evaluasi model CIPP dapat
diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan
serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program maupun institusi. Dalam
bidang pendidikan Stufflebeam (2003) menggolongkan sistem pendidikan atas empat
dimensi, yaitu context, input, process, dan product,
sehingga model evaluasi yang ditawarkan diberi nama CIPP model yang merupakan
singkatan ke empat dimensi tersebut.
Sudjana dan Ibrahim (2004:246)
menerjemahkan masing-masing dimensi tersebut dengan makna:
- Context,
situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan,
situasi ini merupakan faktor eksternal, seperti misalnya masalah
pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, dan pandangan hidup
masyarakat,
- Input,
sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan pendidikan, komponen input meliputi siswa, guru, desain, saran, dan
fasilitas,
- Process,
pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan
nyata di lapangan, komponen proses meliputi kegiatan pembelajaran,
pembimbingan, dan pelatihan,
- Product,
hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan sistem
pendidikan yang bersangkutan, komponen produk meliputi pengetahuan,
kemampuan, dan sikap (siswa dan lulusan).
Aspek yang dievaluasi dan prosedur
pelaksanaan evaluasi model CIPP menurut Stufflebeam dalam Oliva (1992:491)
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Aspek dan
Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Model CIPP
|
Context
Evaluation
|
Input
Evaluation
|
Process
Evaluation
|
Product
Evaluation
|
Obyek (sasaran)
|
Mendefinisikan operasional context,
mengidentifikasi dan memperkirakan kebutuhan dan mendiagnosa masalah,
memprediksi kebutuhan dan peluang
|
Mengidentifikasi dan memperkirakan
kapabilitas sistem, strategi input yang sekarang tersedia, dan mendesain
untuk implementasi strategi
|
Mengidentifikasi dan memperkirakan di
dalam proses, tentang kerusakan di dalam desain prosedur atau implementasi,
menyediakan informasi sebelum program diputuskan dan memperbaiki dokumen even
prosedural dan aktivitas
|
Menghubungkan informasi outcomes
dengan obyek dan informasi context, input, dan process
|
Metode
|
Mendeskripsikan context,
membandingkan dengan yang sebenarnya dan mengawasi input dan output,
membandingkan kemungkinan dan ketidakmungkinan sistem kerja, dan menganalisa
penyebab ketidakmungkinan dan ketidaksesuaian kenyataan dengan tujuan
(harapan)
|
Mendeskripsikan dan menganalisis SDM
dan sumber daya material yang tersedia, solusi strategis, dan desain prosedur
untuk relevansi, kemungkinan kegiatan yang dapat dilaksanakan, dan kebutuhan
ekonomi dalam rangkaian kegiatan
|
Memonitoring setiap aktivitas yang
berpotensi terdapat tantangan secara prosedural, dan memberikan tanda untuk
antisipasi, untuk memperoleh informasi yang spesifik untuk memutuskan suatu
program, dan mendeskripsikan proses yang aktual
|
Mendefinisikan operasional dan
mengukur kriteria asosiasi dengan obyektif dan membandingkan hasil pengukuran
dengan standar sebelum dilakukan antisipasi, dan menginterpretasi outcomes
berdasarkan dokumen informasi context, input, dan process
|
Hubungan pengambilan keputusan dengan
proses perubahan
|
Memutuskan dalam hal menyajikan
perangkat, tujuan asosiasi, dengan mendiskusikan kebutuhan dan peluang, dan
sasaran asosiasi untuk perubahan perencanaan kebutuhan
|
Memilih SDM sebagai pendukung, solusi
strategis, dan desain prosedural untuk perubahan struktur kerja (aktivitas)
|
Untuk implementasi dan memperbaiki
desain program dan prosedur untuk efektivitas proses kontrol
|
Untuk memutuskan dalam kegiatan secara
kontinu, menghentikan (mengakhiri), modifikasi, mengatur kembali fokus
perubahan aktivitas dengan tahapan materi yang lain dalam proses perubahan
untuk mengatur kembali aktivitas perubahan
|
Level pertama
(atau juga disebut sebagai Participant Reaction) adalah mengevaluasi
efektivitas training dengan cara menanyakan kepuasan dari para peserta mengenai
berbagai aspek pelatihan, misalnya kepuasan terhadap mutu materi, kualitas
instruktur atau pun mutu tempat akomodasi pelatihan. Jadi dalam level ini yang
jadi fokus pengukuran adalah kepuasan peserta pelatihan. Pengukuran semacam ini
sudah lazim dilakukan oleh setiap penyelnggaran pelatihan.
Selanjutnya,
dalam level kedua yang diukur adalah aspek pembelajaran para peserta - yakni
apakah pengetahuan para peserta menjadi kian bertambah setelah mengikuti
kegiatan training. Level kedua ini disebut juga sebagai level Learning.
Evaluasi level kedua ini umumnya dilakukan dengan cara memberikan pre- dan post-test
untuk menguji daya serap para peserta mengenai beragam materi yang telah
diajarkan dalam proses pelatihan.
Level ketiga evaluasi bersifat lebih vital karena ia mengukur apakah materi pelatihan yang diajarkan telah diaplikasikan oleh para peserta dalam pekerjaan sehari-harinya. Level ketiga ini disebut juga sebagai Behavior Application. Jadi disini, dilihat apakah materi training memang benar-benar dipraktekkan untuk merubah perilaku para peserta menuju perilaku unggul yang diharapkan. Tak banyak perusahaan yang melakukan kegiatan evaluasi pada level ini - padahal aspek ini merupakan elemen yang sangat penting. Pengukuran level ini biasanya dilakukan enam bulan hingga satu tahun setelah proses pelatihan; dan difokuskan untuk melihat sejauh materi training memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku dan peningkatan kinerja para peserta pelatihan.
Level ketiga evaluasi bersifat lebih vital karena ia mengukur apakah materi pelatihan yang diajarkan telah diaplikasikan oleh para peserta dalam pekerjaan sehari-harinya. Level ketiga ini disebut juga sebagai Behavior Application. Jadi disini, dilihat apakah materi training memang benar-benar dipraktekkan untuk merubah perilaku para peserta menuju perilaku unggul yang diharapkan. Tak banyak perusahaan yang melakukan kegiatan evaluasi pada level ini - padahal aspek ini merupakan elemen yang sangat penting. Pengukuran level ini biasanya dilakukan enam bulan hingga satu tahun setelah proses pelatihan; dan difokuskan untuk melihat sejauh materi training memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku dan peningkatan kinerja para peserta pelatihan.
Level pengukuran
terakhir dari proses evaluasi training adalah mengukur apakah kegiatan training
yang telah dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan
atau unit bisnis dimana para peserta bekerja. Level ini disebut juga sebagai
Business Impact. Secara spesifik, fokus dari pengukuran pada level ini adalah
melihat sejauh mana kontribusi kegiatan pelatihan terhadap kinerja bisnis. Misal,
apakah setelah dilakukan training mengenai selling skills, terdapat peningkatan
volume penjualan atau tidak. Atau juga setelah dilakukan training mengenai
Quality Management, apakah terdapat penurunan yang signifikan terhadap jumlah
produk cacat atau tidak.
Para pengelola
training semestinya selalu melakukan evaluasi atas kegiatan training yang telah
mereka selenggarakan - baik pada level 1 dan 2, dan juga yang lebih penting
pengukuran pada level 3 dan 4. Sebab hanya dengan itulah, kita bisa yakin
apakah anggaran training yang telah diinvestasikan benar-benar memberi value
bagi kemajuan perusahaan.
Kesalahan – Kesalahan dalam Evaluasi Program
Apa yang
dipermaslahkan dalam suatu kegiatan evaluasi program bisanya perlu dijelaskan
terlebih dahulu dalam laporan evaluasi. Ini wajar dan dapat dimengerti sebab
setiap evaluasi adalah untuk menjawab suatu permasalahan. Adanya kegiatan
evaluasi dikarenakan adanya suatu masalah yang ingin dipecahkan melalui
evaluasi yang dilaporkan itu.
Segi – segi
mengenai masalah evaluasi bisa mencangkup beberapa hal, seperti bagaimana
rumusan masalahnya, latar belakang mengenai masalha tersebut dipilaih untuk di
evaluasi, apa tujuan yang ingin dicapai dengan mengevaluasi masalah tersebut,
dan tujuan teori/ atau kepustakaan/ hasil – hasil evaluasi sebelumnya yang
berkaitan dengan evaluasi tersebut.
Dalam laporan
evaluasi kajian mengenai teori / kepustakaan / hasil – hasil evaluasi
sebelumnya tidak dimaksudkan untuk merumuskan hipotesis. Hal ini dilakukan
untuk menentukan asumsi – asumsi yang digunakan, ruang lingkup,evaluasi, dan
batasan – batasan istilah / konsep yang digunakan. Dalam laporan evaluasi pun
perlu disertai penjelasan tentang letak ( site ) tempat evaluasi
diselenggarakan.
Konsep Dasar Evaluasi Program
A.
Pengertian Evaluasi
Dalam buku
berjudul Supervisi Pendidikan oleh A.J. Hariwung menjelaskan definisi
evaluasi menurut beberapa tokoh, diantaranya:
1.
Ralph Tyler
Evalauasi Program adalah Proses
untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan.
2. Cronbach
dan Stufflebeam
Evaluasi Program adalah upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambilan keputusan.
3. Arikunto
Evaluasi program adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan
program
4. Kirkpatrick
Evaluasi program merupakan sebuah
untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan
cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkaian
informasi yang diperoleh evaluator
Evaluasi atau penilaian berarti
tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu
proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Untuk lebih memahami apa yang
dimaksud dengan evaluasi, maka dapat dikatakan bahwa :
1.
Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Yang
dimaksud dengan proses sistematis ialah kegiatan yang terencana dan dilakukan
secara berkesinambungan yang dilakukan pada permulaan, selama program
berlangsung dan pada akhir program setelah program dianggap selesai.
2.
Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi
atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam hal ini
berkaitan dengan perilaku, penampilan, hasil ulangan atau pekerjaan rumah,
nilai semester dan sebagainya.
3.
Dalam setiap kegiatan evaluasi, tidak lepas dari
tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Hal ini karena setiap kegiatan penilaian
memerlukan suatu criteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas
ketercapaian objek yang dinilai.
Berkaitan dengan bimbingan dan
konseling, maka yang dimaksud dengan evaluasi bimbingan dan konseling
adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat
kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada criteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan dan konseling
(Juntika, 2005: 57)
A.
Tujuan Evaluasi
Tujuan Evaluasi dalam buku Evaluasi
Kurikulum karangan Hamid Hasan, adalah sebagai berikut:
1.
Menyediakan informasi mengenai pelaksanan pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum sebagai masukan bagi pengambil keputusan.
2.
Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu
kurikulum serta faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan
tertentu.
3.
Mengembangkan berbagai alternative pemecahan masalah yang
dapat digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.
4.
Memahami dan menjelaskan karateristik suatu kurikulum dan
pelaksanaan suatu kurikulum.
B.
Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, antara lain:
1) Untuk memilih
siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
2) Untuk memilih
siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3) Untuk memilih
siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4) Untuk memilih
siswa yang sudah berhak meniggalkan sekolah dan sebagainya.
b.
Penilaian berfungsi diagnostik
Bila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu,
di ketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Sehinggga dengan melakukan
penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa
tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan
ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.
c.
Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga
pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada.
Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang
bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang
lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok.
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus
ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil
penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
d.
Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
C.
Manfaat
Evaluasi Program
1.
Mengomunikasikan Program kepada Publik,
2.
Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
3.
Penyempurnaan program yang ada
4.
Meningkatkan Partisipasi
D.
Objek Evaluasi
Program
Menurut owen dasar evaluasi adalah
untuk menjawab pertanyaan apa dan mengapa. Yaitu apa objek dan subjek yang
dievaluasi dan mengapa objek itu menjadi fokus evaluasi.
Objek evaluasi dapat beRupa berupa perncanaan (planning), program, kebijakan, organisasi, produk dan individu.
Objek evaluasi dapat beRupa berupa perncanaan (planning), program, kebijakan, organisasi, produk dan individu.
Berikut kita uraikan objek evaluasi
satu persatu.
- Perencanaan/planning
: terkait dengan proposal Pengembangan organisasi atau pengembangan
program. Perencanaan suatu progam ini bisa berbentuk level mega, makro
ataupun mikro.
- Program
: Program adalah seperangkat aktivitas yagn bertujuan untuk menhasilkan
sesuatu yang telah ditentukan. Program juga terdiri dari program mega,
makro dan mikro. Program mikro misalnya mencakup unit kegiatan sains di
suatu sekolah.
- Kebijakan
: Terdapat 2 kegiatan sehubungan dengan investigasi suatu kebijakan yaitu
penelitian kebijakan dan analisis kebijakan
- Organisasi
- Produk :
Contoh evaluasi produk adalah evaluasi terhadap produk bidang pendidikan
sepeti buku, media belajar spt CD interaktif dan animasi, TV edukasi dsb.
- Individu
E.
Jenis – Jenis
Evaluasi Program
1. Jenis evaluasi berdasarkan
tujuan
dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1) Evaluasi
diagnostik
Evaluasi
diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2) Evaluasi
selektif
Evaluasi
selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat
sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3) Evaluasi
penempatan
Evaluasi
penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program
pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4) Evaluasi
formatif
Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan
untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
5) Evaluasi
sumatif
Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan
bekajra siswa.
2.
Jenis
evaluasi berdasarkan sasaran
1) Evaluasi
konteks
Evaluasi
yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun
kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan
2) Evaluasi
input
Evaluasi
yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3) Evaluasi
proses
Evaluasi
yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran
proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan, dan sejenisnya.
4) Evaluasi
hasil atau produk
Evaluasi
yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk
menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau
dihentikan.
5) Evaluasi
outcom atau lulusan
Evaluasi
yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakin evaluasi
lulusan setelah terjun ke masyarakat.
3.
Jenis
evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :
1) Evaluasi
program pembelajaran
Evaluasi
yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi
belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2) Evaluasi
proses pembelajaran
Evaluasi
yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar
program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
3) Evaluasi
hasil pembelajaran
Evaluasi
hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran
yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif,
afektif, psikomotorik.
4.
Jenis
evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi Berdasarkan objek :
1) Evaluasi
input
Evaluasi
terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
2) Evaluasi
tnsformasi
Evaluasi
terhadap unsur-unsur transformasi proses
pembelajaran antara lain materi, media, metode dan lain-lain.
3) Evaluasi
output
Evaluasi
terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
5.
Evaluasi
Berdasarkan subjek :
1) Evaluasi
internal
Evaluasi
yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
2) Evaluasi
eksternal
Evaluasi
yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua,
masyarakat.
A.
Prinsip –
Prinsip Evaluasi Program
Dalam evaluasi diperlukan
prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih
efektif. Prinsip-prinsip itu antara lain:
a.
Kepastian
dan kejelasan.
Dalam
proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi menduduki
urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak
dirumuskan dulu secara jelas da¬lam. definisi yang operational. Bila kita ingin
mengevaaluasi kemajuan belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan
kita definisikan tujuan-tujuan instruksional pengajaran dan barulah kita
kembangkan alat evaluasinya. Dengan demikian efektifitas alat evaluasi
tergantung pada deskripsi yang jelas apa yang akan kita evaluasi. Pada umumnya
alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test ini
mencerminkan karakteristik aspek yang akan di¬ukur. Kalau kita akan
mengevaluasi tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu
harus dirumuskan dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan
dengan tepat selanjutnya dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan
demikian keberhasilan evaluasi lebih banyak ditentukan kepada kemampuan guru
(evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan dengan jelas aspek-aspek individual
ke dalam proses pendidikan.
a.
Teknik
evaluasi
Teknik
evaluasi yang dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi. Hendaklah diingat bahwa
tidak ada teknik evaluasi yang cocok untuk semua ke¬perluan dalam pendidikanl
Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin di¬capai dikembangkan tekmk evaluasi
tersendiri yang cocok dengan tuju¬an tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi
dan teknik yang diguna¬kan perlu dijadikan pertimbangan utama.
b.
Komprehensif.
Evaluasi
yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak adalah teknik evaluasi
tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa dalam belajar, meskipun
hanya dalam satu pertemuan jam pelajar¬an. Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap
teknik evaluasi mempunyai ke¬terbatasan-keterbatasan tersendiri. Test obyektif
misalnya akan mem¬berikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa.
Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia
benar-benar mengerti tentang materi tersee. but, apakah sudah dapat
mengembangkan ketrampilan berfikirnya, apakah akan dapat mengubah /
mengembang¬kan sikapnya apabila menghadapi situasi yang nyata dan sebagainya.
Lebih-lebih pada test subyektif yang penilaiannya lebih banyak tergan¬tung pada
subyektivitas evaluatornya.
Atas
dasar prinsip inilah maka seyogyanya dalam proses belajar-me¬ngajar, untuk
mengukur kemampuan belajar siswa digunakan teknik evaluasi yang bervariasi. Bob
Houston seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk
mendapatkan hasil yang lebih I obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik
tidak hanya dikembangkan dalam bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus
didasarkan pula data kualitatif siswa yang diperoleh dari observasi guru,
Kepala Sekolah, catatan catatan harian dan sebagainya.
a.
Kesadaran
adanya kesalahan pengukuran.
Evaluator harus menyadari
keterbatasan dan kelemahan dalam tek¬nik evaluasi yang digunakan. Atas dasar
kesadaran ini, maka dituntut untuk lebih hati-hati dalam kebijakan-kebijakan
yang diambil setelah melaksanakan evaluasi. Evaluator menyadari bahwa dalam
pengukuran yang dilaksanakan, hanya mengukur sebaglan (sampel) saja dari suatu
kompleksitas yang seharusnya diukur, lagi pula pengukuran dilakukan hanya pada
saat tertentu saja. Maka dapat terjadi salah satu aspek yang sifatnya menonjol
yang dimi liki siswa tidak termasuk dalam sampel pe¬ngukuran. Inilah yang
disebut sampling error dalam evaluasi.
b. Evaluasi adalah alat, bukan tujuan.
Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik
evaluasi digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh
tanpa tujuan tertentu akan membuang waktu dan uang, bahkan merugi¬kan anak
didik. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu ialah tujuan evaluasi,
baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan di¬gunakan dan selanjutnya
disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sam¬pai terbalik, sebab tanpa
diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia. Atas dasar
pengertian tersebut di atas maka kebijakan-kebi¬jakan pendidikan yang akan
diambil dirumuskan dulu dengan jelas sebelumnya dipilih prosedur evaluasi yang
digunakan dengan demikian.
.
DAFTAR PUSTAKA
A.J. Hariwung. 1989. Supervisi Pendidikan. Jakarta : Ditjen
Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
diunduh 10 Februari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)