A. JUDUL
: MENGGUGAT KESESUAIAN BAHAN AJAR DENGAN
TINGKAT PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK
B. Latar Belakang
Dalam
PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber
belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar
sebagai salah satu sumber belajar.
Bahan
ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah tetapi penyediaan
bahan ajar selama ini masih menjadi kendala. Ada sebagian guru yang hanya
terpaku kepada buku teks dalam menyediakan bahan ajar padahal bahan ajar dapat
didesain dari berbagai sumber dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Melalui bahan ajar guru akan
lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan
mudah dalam belajar.
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses
yang sistematik agar keaslian dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada
beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus
selalu diperhatikan dalam proses pengembangan bahan ajar, yaitu isi,
cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas
bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor
tersebut dalam pengembangan bahan ajar.
Akhir-akhir
ini, dunia pendidikan kembali mendapat sorotan. Hal itu terjadi lantaran di
beberapa sekolah ditemukan buku dan LKS yang memuat materi ajar yang kurang
tepat untuk diberikan kepada peserta didik. Sebagai contoh, ditemukannya gambar
artis Miyabi di LKS Bahasa Inggris SMP di Mojokerto (Tribunnews.com:24September 2012). Juga beberapa waktu lalu, cerita
Bang Maman dan istri simpanan yang ditemukan pada LKS siswa SD di Jakarta (kompas.com:13 April 2012).
Contoh-contoh tersebut menunjukkan kekurang telitian guru dalam memilih bahan
ajar dan materi ajar yang tepat untuk siswa.
Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang memberi
keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk melakukan pengembangan. Berkaitan
dengan isi kurikulum, pusat hanya memberikan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar (yang merupakan standar minimal) yang harus dikuasai siswa pada setiap
mata pelajaran. Ini berarti guru harus mengembangkan sendiri Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta
didik. Oleh karena itu, untuk materi pelajaran, sumber belajar, serta bahan
ajar guru diberi keleluasaan untuk berkreasi.
Namun demikian, dalam kenyataan sehari-hari, memilih
materi, sumber belajar, dan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta
didik mencapai kompetensi seringkali kurang mendapat perhatian guru. Hal ini
terbukti masih banyak guru yang menempuh cara praktis dengan mempercayakan
materi dari buku ajar yang sudah jadi (dari penerbit). Demikian pula dengan
LKS. Padahal, tidak semua buku ajar dan LKS yang sudah jadi tersebut cocok
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Yang lebih memprihatinkan, guru
sendiri belum mengkaji secara mendalam isi buku ajar yang dipilih tersebut
sehingga terjadilah kasus-kasus di atas.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis mengangkat
judul makalah pada seminar ini yaitu “Menggugat Kesesuaian Bahan Ajar dengan
Tingkat Perkembangan Peserta Didik”
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
memberikan batasan terhadaqp masalah tersebut yaitu :
1.
Defenisi, manfaat, dan tujuan penulisan bahan ajar
2.
Hal – Hal yang diperhatikan dalam penulisan bahan ajar
3.
Fase perkembangan anak usia sekolah
4.
Buku yang tepat sesuai usia anak
D. Pembahasan
1. Bahan Ajar
a. Defenisi Bahan Ajar
Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian
bahwa:
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi
pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif
mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. (dikmenjur.net)
b.
Tujuan
Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
1) Menyediakan
bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting
atau lingkungan sosial siswa.
2) Membantu
siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang
terkadang sulit diperoleh.
3) Memudahkan
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
c.
Manfaaf
Bahan Ajar
Ada sejumlah manfaat yang dapat
diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara
lain;
1)
Diperoleh bahan ajar yang sesuai
tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
2)
Tidak lagi tergantung kepada buku teks
yang terkadang sulit untuk diperoleh.
3)
Bahan ajar menjadi labih kaya karena
dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
4)
Menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
5) Bahan
ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru
dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat
memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk
menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang
bervariasi, maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran
menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk
belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang
harus dikuasainya.
d. Hal – hal yang harus diperhatikan
dalam menulis bahan ajar
Dalam menyusun bahan yang
perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus
berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di
samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan
yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya
jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
2)
Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya
kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang dan bahasa yang mudah
dipahami sesuai tingkat perkembangan peserta didik
3)
Menguji pemahaman, yang menyangkut:
menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.artinya bisa memberikan pemahaman kepada setiap yang
membaca.
4)
Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca
untuk berfikir, menguji stimulan.
5)
Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan
tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
6)
Materi instruksional, yang menyangkut:
pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).
2. Fase perkembangan anak usia sekolah
Menurut Syamsu
Yusuf (2008) dalam
bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja menuliskan tentang
karakteristik fase perkembangan usia sekolah dibagi menjadi:
1)
Perkembangan intelektual
Pada usia
sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksikan rangsangan intelektual
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan berhitung). Periode ini
ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan),
menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka atau
bilangan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah
yang sederhana.
2)
Perkembangan bahasa
Bahasa adalah
sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dengan bahasa, semua manusia
dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan
nilai-nilai moral atau agama. Usia sekolah merupakan masa berkembang pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaraan kata.
Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
a)
Proses jadi matang, organ-organ suara
pada anak
sudah berfungsi
dengan baik untuk berkata-kata.
b)
Proses belajar, bahwa anak yang telah
matang untuk berbicara kemudian mempelajari bahasa orang lain dengan jalan
mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
3)
Perkembangan sosial
Perkembangan
sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat dikatakan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Perkembangan
sosial pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
disamping dengan keluarga, mereka mulai membentuk ikatan dengan teman sebaya.
4)
Perkembangan emosi
Menginjak usia
sekolah anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah
diterima di masyarakat. Mereka mulai belajar mengendalikan dan mengontrol
ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak malaui peniruan
dan latihan (kebiasaan). Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi
tingkah laku individu.
5)
Perkembangan moral
Anak mulai
mengenal konsep moral dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral
sejak usia dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima
anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah
lakunya di kemudian hari.
6)
Perkembangan motorik
Seiring dengan
perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak
sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah sesuai dengan
kebutuhan atau minat. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu
faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun
keterampilan. Oleh karena itu perkembangan motorik sangat menunjang
keberhasilan belajar peserta didik.
3. Buku
yang tepat sesuai usia anak
Dalam
perspektif teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura,
manusia, termasuk anak-anak, belajar segala sesuatu dengan meniru orang lain.
Dewasa ini, media massa telah menjadi bagian dalam kehidupan anak-anak,
termasuk buku-buku anak yang memiliki bermacam pilihan cerita. Dengan demikian,
anak-anak bukan lagi hanya belajar dengan meniru orang lain yang berada dalam
kehidupan nyata, tapi anak-anak juga belajar meniru dari buku-buku yang
dibacanya.
Buku dengan pesan moral yang baik akan mengajarkan anak pada hal-hal
yang baik sehingga membentuk karakter yang baik. Buku anak yang baik biasanya
mengandung nilai-nilai kehidupan yang baik seperti persahabatan, penghargaan,
penghormatan, keberanian, kemandirian dan nilai-nilai dasar dalam pembentukan
karakter lainnya. Pada buku anak, nilai-nilai tersebut dikemas dalam alur
cerita yang dapat dimengerti anak dan dikombinasikan dengan desain ilustrasi
yang menarik perhatian anak.
Dalam alur cerita, secara tidak langsung buku mengenalkan konsep yang
disebut oleh Albert Bandura sebagai reward dan punishment dalam proses
pembelajaran.
Dalam konteks buku bacaan, alur cerita mengajarkan kepada anak
konsekuensi apa yang didapatkannya jika ia melakukan atau tidak melakukan suatu
hal. Anak-anak cenderung akan mengulang sebuah tindakan jika ia sudah tahu
bagaimana cara dan rasa mendapatkan reward.
Pengulangan tindakan inilah yang dimaksud oleh Socrates dalam
Nicomachean Ethics sebagai ’Kebiasaan’. Ia juga mengatakan bahwa, perkembangan
karakter seseorang terjadi, paling tidak merupakan hasil dari kebiasaan.
Semakin sering sebuah tindakan dipraktekan, seperti bagaimana anak berpikir,
merasakan, dan bertindak, maka akan terbangun karakter berpikir, merasa dan bertindak
dalam cara yang demikian.
Selain melalui pesan moral yang terkandung dalam buku anak, pembentukan
karakter anak juga dipengaruhi oleh tokoh yang ada di dalam buku. Pada saat
membaca atau dibacakan buku, anak akan merasa terlibat dalam alur cerita dan
merasa berteman dengan tokoh-tokoh yang ada di dalam buku, terutama tokoh
utama.
Anak akan ikut sedih ketika serigala menelan nenek si kerudung merah.
Anak akan merasa tegang ketika sang pangeran bertarung dengan naga raksasa yang
jahat untuk menyelamatkan putri raja. Anak juga bisa merasa senang ketika si
beruang kecil yang tersesat bertemu kembali dengan Mama-Papanya.
Seperti dalam pertemanan di kehidupan nyata, ketika anak berteman dengan
tokoh di dalam buku, ia juga akan belajar bagaimana temannya menyelesaikan
masalah, memperlakukan orang lain, atau mengucapkan kata-kata. Kemudian anak
akan meniru apa yang dilakukan temannya atau tokoh di dalam buku ke dalam
kehidupan nyata.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu anak-anak dapat meniru tokoh
protagonis dan tokoh antagonis dengan sama baiknya. Tokoh protagonis yang baik
akan mempengaruhi perkembangan karakter baik dalam diri anak. Begitu pula tokoh
antagonis yang buruk tabiatnya. Di sinilah peran orang tua dan pendidik, untuk
mengarahkan anak-anak agar ’berteman’ dengan tokoh-tokoh yang baik, sehingga
karakter anak yang terbentuk pun menjadi karakter yang baik.
Pada akhirnya, pemilihan buku anak harus dilakukan dengan kesadaran
karakter seperti apa yang akan dibentuk oleh buku anak tersebut. Banyaknya pilihan
buku anak yang beredar di toko buku menuntut orang tua dan pendidik untuk
cerdas memilih buku berdasarkan pertimbangan isinya, ini lebih penting daripada
harga yang tercantum pada sampul luarnya.
E.
Kesimpulan
Pemilihan
materi dan bahan ajar memang sepenuhnya berada di tangan guru. Untuk dapat
memilih materi dan bahan ajar yang tepat tentu guru dituntut untuk banyak
membaca. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula wawasan dan pengetahuan
yang dimiliki guru. Dengan demikian, guru dapat memilih dan memilah materi dan
bahan ajar yang tepat untuk di bawa ke dalam kelas sehingga kasus-kasus di atas
pun tak perlu terjadi.
Guru tak seharusnya hanya mengandalkan
buku / bahan ajar (LKS) yang dijual bebas, tapi guru juga harus memperhatikan
keseluruhan isi dari bahan ajar tersebut karena bacaan yang ada nantinya akan
mempengaruhi perkembangan serta pola piker dan karakter peserta didik, apalagi
untuk usia sekolah dasar, peserta didik lebih mudah memahami hal – hal kongkrit
atau nyata untuk dipraktekkanya. Jika bahan bacaannya tidak sesuai dengan usia
nya maka fase perkembangannya pun akan terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Pribadi, Benny A. 2004. Pengembangan
Bahan Ajar. Jakarta: Universitas
Terbuka
Purwanto, 1997. Penulisan
Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen
Dikti Depdikbud
Yusuf LN, Syamsu.2001.Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja.Jakarta :
Rosda
13
April 2012.“Istri Simpanan” Ada di semua
buku teks.edukasi.kompas.com
(5
September 2012)
(30
September 2012)
24
September 2012. LKS bergambar artis porno
Miyabi dibakar.tribunnews.com
(30
September 2012)
2010.Panduan bahan ajar.dikmenjur.net (30
September 2012)
0 CoMmenT:
Posting Komentar