#QieQuote

"One of the most important keys to success is having the discipline to do what you know you should do, even when you dont feel like doing it."

Jumat, November 22, 2013

Cara Memindahkan Data Games, aplikasi ke Memory Eksternal Menggunakan Directory Bind di Samsung Galaxy B5330 (Galaxy Chat)

Sering kalii memori internal yang ada di samsung GC qt g mencukupi buat instal segala macem jeniis game dan aplikasi. nah disiniii gw maw share cara mindahin game dan juga plikasi ke memory external menggunakan Directory Bind. ginii niih caranya :

  1. Buat folder baru dalam memory external, dan beri nama yang mudah diingat (misalnya: games)
  2. Jalankan Directory Bind
  3. Pilih �allow� untuk konfirmasi Superuser
  4. Tab pada tombol switch sebelah kanan-bawah hingga tertera tulisan �Hidup� atau �On�
  5. Pilih Menu > Add new entry
  6. Tap dan tahan pada kolom Source (data)/kolom pertama, hingga menu explorer terbuka
  7. Kemudian pilih folder �games� yang barusan kamu buat pada langkah satu (misalnya: ext_sdcard/games/)
  8. Tap dan tahan pada kolom mount (target)/kolom ke-dua, menu explorer akan terbuka
  9. Pilih folder dimana data yang akan dipindah disimpan( biasanya di folder android pada internal)
  10. Centang pada kotak �transfer files from target to data� (dengan memberi tanda centang pada pilihan ini, data akan dipindah ke memori external dan data pada memori internal akan dihapus)
  11. Tap Add, dan proses penyalinan data-pun dimulai
  12. Setelah selesai, pastikan kamu akan mendapati ikon disket disebelah kiri layar dan tanda centang pada sebelah kanan layar. Lalu pilih menu > bind checked atau klik ikon disket
  13. Pastikan pula tombol switch di sebelah kanan-bawah berada pada posisi Hidup/On
  14. Selesai data berhasil dipindah ke eksternal tetapi data yang dipindah masih ada di internal.data yang agan lihat di internal itu sebenarnya sudah diredirect ke eksternal.apabila ingin memindahkan data yang lain, folder pada source data harus kosong.Lakukan setting preference
Untuk Download Directory Bind silahkan klik disini
Selamat mencoba!
http://forum.xda-developers.com/showthread.php?t=1410262

ROOT MITO A300 TANPA PC


Beberapa saat lalu, temen gw dayat minta tolong buat ngerot enpun nya MITO A300,. nah gw bilang aja search di gugel asti byk deeh tutorialnya, tapii dy  bilang g bisaa. yaudaah akhirnya gw bantuiin deeh, entah gw yang beruntung ato gmna nemu juga cara ngeroot ini mito tanpa ngugunaiin PC. yang dibutuhkan cuma sebuah aplikasi yaitu Framaroot. nah sebelum mulai ngeroot, kamu harus melakukannya dengan resikomu sendiri. yang asti garansi HH qm udah gak berlaku lagii... kaloo udah yakiin, ginii niih caranya :

  1. Pastikan bawa batre enpuun muu berisi minimal 50%
  2. Download Framaroot lewat enpun disini
  3. install Framaroot
  4. Klik bagian Boromir
  5. Lalu restart HH mu
  6. Selesai
Setelah HH mu di restart, coba cek di menu apakah aplikasi super user ssudah teristall. jika sudah maka HH mu sudah selesai di root.

Kamis, November 21, 2013

Mars Palang Merah Indonesia

Lirik "Mars PMI"

Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi

Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa


Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.











Stop Motion Project iseng - iseng

Kemaren2 gw iseng2 bikiin stop motion gituu...
belom sempurna siih, tapii lumayan laah buat pemula.
tapi sebenernya video ini udah gw post di youtube.
video yg pertama itu pas anniversary yang ke3 ama sijejel.
ini niih video nyaah..


nah stop motion yang kedua itu buat kado ultahnya sijejel yang ke 23 tanggal 29 Maret 2013.

Nah Video yang ketiga itu lebih simple, soalnya stop motion buat ngucapiin met ramadhan doank..


dan yang terakhir  video keempat nii. pesanan temen gw feri buat ultah ceweenya..
inii niih videonyaaah


nah itu dy stop motion yang pernah gw bikiin, seperti yang gw bilang sebelumnya, stopmotion ini masih belum sempurna, kameranya aja masiih goyang2, ada juga kesalahan2 keciil.. namanya juga pemlaa... hehe

sebenernya bikiin stop motion gak ribet2 amaat kok, cumaaa mesti sabaaaaaaaaaar bangeeet, kaloo g sabaaar ya g bakalaan selesaii, soalnya untuk beberapa menit video bikiin nya bikiin sekian jam,, preaper ide, konsep, pengambilan foto, pencahayaan, musik, yah komposisi gtuu deeh. tapii setelaah seleesaii bikiiin, waaah ada rasa puas tersendirii nonton video ituu.. 

oke deeh sekian postingan gw kalii iniii.... :D

Syarat - Syarat Evaluasi Program

Syarat – syarat evaluasi program :
a)      Berorientasi kepada tujuan.
b)      Berorientasi kepada criteria keberhasilan.
c)      Menyeluruh (komprehensif), mencakup seluruh kegiatan dalam program dan penyelenggaraanya dilaksanakan secara terpadu seluruh komponen program.
d)     Serasi dan berkesinambungan.
e)      Menggunakan berbagai sumber informasi dan teknik

Untuk dapat menjadi evaluator, seseorang harus memnuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi program yang didukung oleh teori dan keterampilan prakatek.
  2. Cermat, dapat melihat celah – celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
  3. Objektif, tidak mudah dipengaruh oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil keimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus di ikuti.
  4. Sabar dan tekun,agar di dalam melaksanakan tugas dimulaia membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrument, mengumpulkan data, dan menyusun laporan, tidak  gegabah dan tergesa – gesa.
  5. Hati – hati dan Bertanggung Jawab.yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung risiko atas segala kesalahannya.

Berdasarkan persyaratan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua orang dapat menjadi evaluator. Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Prinsip – prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi program :
a)      Pelaksanaan evaluasi didasarkan atas tujuan tertentu.
b)      Evaluasi harus bersifat obyektif.
c)      Evaluasi bersifat komprehensif.
d)     Evaluasi dilaksanakan secara kooperatif.
e)      Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara efisein.
Evaluasi harus dilaksankan secara berkesinambungan

Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain
1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Objectivitas
4. Pratikabilitas
5. Ekomonis
6. Taraf  Kesukaran
7. Daya Pembeda
Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga Aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi Rendah nya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapta menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

Objectivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang  keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.

Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan  yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.

Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “Proporsi”.

Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Index Diskriminasi.
Aspek dan Dimensi Evaluasi Program

Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program maupun institusi. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam (2003) menggolongkan sistem pendidikan atas empat dimensi, yaitu context, input, process, dan product, sehingga model evaluasi yang ditawarkan diberi nama CIPP model yang merupakan singkatan ke empat dimensi tersebut.

Sudjana dan Ibrahim (2004:246) menerjemahkan masing-masing dimensi tersebut dengan makna:
  1. Context, situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan, situasi ini merupakan faktor eksternal, seperti misalnya masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, dan pandangan hidup masyarakat,
  2. Input, sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan, komponen input meliputi siswa, guru, desain, saran, dan fasilitas,
  3. Process, pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan, komponen proses meliputi kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan,
  4. Product, hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan, komponen produk meliputi pengetahuan, kemampuan, dan sikap (siswa dan lulusan).

Aspek yang dievaluasi dan prosedur pelaksanaan evaluasi model CIPP menurut Stufflebeam dalam Oliva (1992:491) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Aspek dan Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Model CIPP

Context Evaluation
Input Evaluation
Process Evaluation
Product Evaluation
Obyek (sasaran)
Mendefinisikan operasional context, mengidentifikasi dan memperkirakan kebutuhan dan mendiagnosa masalah, memprediksi kebutuhan dan peluang
Mengidentifikasi dan memperkirakan kapabilitas sistem, strategi input yang sekarang tersedia, dan mendesain untuk implementasi strategi
Mengidentifikasi dan memperkirakan di dalam proses, tentang kerusakan di dalam desain prosedur atau implementasi, menyediakan informasi sebelum program diputuskan dan memperbaiki dokumen even prosedural dan aktivitas
Menghubungkan informasi outcomes dengan obyek dan informasi context, input, dan process
Metode
Mendeskripsikan context, membandingkan dengan yang sebenarnya dan mengawasi input dan output, membandingkan kemungkinan dan ketidakmungkinan sistem kerja, dan menganalisa penyebab ketidakmungkinan dan ketidaksesuaian kenyataan dengan tujuan (harapan)
Mendeskripsikan dan menganalisis SDM dan sumber daya material yang tersedia, solusi strategis, dan desain prosedur untuk relevansi, kemungkinan kegiatan yang dapat dilaksanakan, dan kebutuhan ekonomi dalam rangkaian kegiatan
Memonitoring setiap aktivitas yang berpotensi terdapat tantangan secara prosedural, dan memberikan tanda untuk antisipasi, untuk memperoleh informasi yang spesifik untuk memutuskan suatu program, dan mendeskripsikan proses yang aktual
Mendefinisikan operasional dan mengukur kriteria asosiasi dengan obyektif dan membandingkan hasil pengukuran dengan standar sebelum dilakukan antisipasi, dan menginterpretasi outcomes berdasarkan dokumen informasi context, input, dan process
Hubungan pengambilan keputusan dengan proses perubahan
Memutuskan dalam hal menyajikan perangkat, tujuan asosiasi, dengan mendiskusikan kebutuhan dan peluang, dan sasaran asosiasi untuk perubahan perencanaan kebutuhan
Memilih SDM sebagai pendukung, solusi strategis, dan desain prosedural untuk perubahan struktur kerja (aktivitas)
Untuk implementasi dan memperbaiki desain program dan prosedur untuk efektivitas proses kontrol
Untuk memutuskan dalam kegiatan secara kontinu, menghentikan (mengakhiri), modifikasi, mengatur kembali fokus perubahan aktivitas dengan tahapan materi yang lain dalam proses perubahan untuk mengatur kembali aktivitas perubahan

Level pertama (atau juga disebut sebagai Participant Reaction) adalah mengevaluasi efektivitas training dengan cara menanyakan kepuasan dari para peserta mengenai berbagai aspek pelatihan, misalnya kepuasan terhadap mutu materi, kualitas instruktur atau pun mutu tempat akomodasi pelatihan. Jadi dalam level ini yang jadi fokus pengukuran adalah kepuasan peserta pelatihan. Pengukuran semacam ini sudah lazim dilakukan oleh setiap penyelnggaran pelatihan.
Selanjutnya, dalam level kedua yang diukur adalah aspek pembelajaran para peserta - yakni apakah pengetahuan para peserta menjadi kian bertambah setelah mengikuti kegiatan training. Level kedua ini disebut juga sebagai level Learning. Evaluasi level kedua ini umumnya dilakukan dengan cara memberikan pre- dan post-test untuk menguji daya serap para peserta mengenai beragam materi yang telah diajarkan dalam proses pelatihan.

Level ketiga evaluasi bersifat lebih vital karena ia mengukur apakah materi pelatihan yang diajarkan telah diaplikasikan oleh para peserta dalam pekerjaan sehari-harinya. Level ketiga ini disebut juga sebagai Behavior Application. Jadi disini, dilihat apakah materi training memang benar-benar dipraktekkan untuk merubah perilaku para peserta menuju perilaku unggul yang diharapkan. Tak banyak perusahaan yang melakukan kegiatan evaluasi pada level ini - padahal aspek ini merupakan elemen yang sangat penting. Pengukuran level ini biasanya dilakukan enam bulan hingga satu tahun setelah proses pelatihan; dan difokuskan untuk melihat sejauh materi training memberikan dampak positif bagi perubahan perilaku dan peningkatan kinerja para peserta pelatihan.
Level pengukuran terakhir dari proses evaluasi training adalah mengukur apakah kegiatan training yang telah dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan atau unit bisnis dimana para peserta bekerja. Level ini disebut juga sebagai Business Impact. Secara spesifik, fokus dari pengukuran pada level ini adalah melihat sejauh mana kontribusi kegiatan pelatihan terhadap kinerja bisnis. Misal, apakah setelah dilakukan training mengenai selling skills, terdapat peningkatan volume penjualan atau tidak. Atau juga setelah dilakukan training mengenai Quality Management, apakah terdapat penurunan yang signifikan terhadap jumlah produk cacat atau tidak.
Para pengelola training semestinya selalu melakukan evaluasi atas kegiatan training yang telah mereka selenggarakan - baik pada level 1 dan 2, dan juga yang lebih penting pengukuran pada level 3 dan 4. Sebab hanya dengan itulah, kita bisa yakin apakah anggaran training yang telah diinvestasikan benar-benar memberi value bagi kemajuan perusahaan.

Kesalahan – Kesalahan dalam Evaluasi Program

Apa yang dipermaslahkan dalam suatu kegiatan evaluasi program bisanya perlu dijelaskan terlebih dahulu dalam laporan evaluasi. Ini wajar dan dapat dimengerti sebab setiap evaluasi adalah untuk menjawab suatu permasalahan. Adanya kegiatan evaluasi dikarenakan adanya suatu masalah yang ingin dipecahkan melalui evaluasi yang dilaporkan itu.
Segi – segi mengenai masalah evaluasi bisa mencangkup beberapa hal, seperti bagaimana rumusan masalahnya, latar belakang mengenai masalha tersebut dipilaih untuk di evaluasi, apa tujuan yang ingin dicapai dengan mengevaluasi masalah tersebut, dan tujuan teori/ atau kepustakaan/ hasil – hasil evaluasi sebelumnya yang berkaitan dengan evaluasi tersebut.
Dalam laporan evaluasi kajian mengenai teori / kepustakaan / hasil – hasil evaluasi sebelumnya tidak dimaksudkan untuk merumuskan hipotesis. Hal ini dilakukan untuk menentukan asumsi – asumsi yang digunakan, ruang lingkup,evaluasi, dan batasan – batasan istilah / konsep yang digunakan. Dalam laporan evaluasi pun perlu disertai penjelasan tentang letak ( site ) tempat evaluasi diselenggarakan.

Konsep Dasar Evaluasi Program


A.    Pengertian Evaluasi
Dalam buku berjudul Supervisi Pendidikan  oleh A.J. Hariwung menjelaskan definisi evaluasi menurut beberapa tokoh, diantaranya:
1.      Ralph Tyler
Evalauasi Program adalah Proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan.
2.      Cronbach dan Stufflebeam
Evaluasi Program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambilan keputusan.
3.      Arikunto
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program
4.      Kirkpatrick
Evaluasi program merupakan sebuah untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator

Evaluasi atau penilaian berarti tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
 
Untuk lebih memahami apa  yang dimaksud dengan  evaluasi, maka dapat dikatakan bahwa :
1.      Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Yang dimaksud dengan proses sistematis ialah kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program dianggap selesai.
2.      Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam  hal ini berkaitan dengan perilaku, penampilan, hasil ulangan atau pekerjaan rumah, nilai semester dan sebagainya.
3.      Dalam setiap kegiatan evaluasi, tidak lepas dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Hal ini karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu criteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai.

Berkaitan dengan bimbingan dan konseling, maka yang dimaksud dengan evaluasi bimbingan  dan konseling adalah  segala upaya, tindakan  atau proses untuk menentukan derajat kualitas  kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada criteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan dan konseling (Juntika, 2005: 57)


A.    Tujuan Evaluasi
Tujuan Evaluasi dalam buku Evaluasi Kurikulum karangan Hamid Hasan, adalah sebagai berikut:
1.      Menyediakan informasi mengenai pelaksanan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum sebagai masukan bagi pengambil keputusan.
2.      Menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum serta faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu.
3.      Mengembangkan berbagai alternative pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam upaya perbaikan kurikulum.
4.      Memahami dan menjelaskan karateristik suatu kurikulum dan pelaksanaan suatu kurikulum.

B.     Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi diantaranya adalah sebagai berikut:
a.      Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
1)      Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
2)      Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3)      Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4)      Untuk memilih siswa yang sudah berhak meniggalkan sekolah dan sebagainya.


b.      Penilaian berfungsi diagnostik
Bila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, di ketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Sehinggga dengan melakukan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.

c.       Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

d.      Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

C.    Manfaat Evaluasi Program
1.      Mengomunikasikan Program kepada Publik,
2.      Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
3.      Penyempurnaan program yang ada
4.      Meningkatkan Partisipasi

D.    Objek Evaluasi Program
Menurut owen dasar evaluasi adalah untuk menjawab pertanyaan apa dan mengapa. Yaitu apa objek dan subjek yang dievaluasi dan mengapa objek itu menjadi fokus evaluasi.
Objek evaluasi dapat beRupa berupa perncanaan (planning), program, kebijakan, organisasi, produk dan individu.
Berikut kita uraikan objek evaluasi satu persatu.
  1. Perencanaan/planning : terkait dengan proposal Pengembangan organisasi atau pengembangan program. Perencanaan suatu progam ini bisa berbentuk level mega, makro ataupun mikro.
  2. Program  : Program adalah seperangkat aktivitas yagn bertujuan untuk menhasilkan sesuatu yang telah ditentukan. Program juga terdiri dari program mega, makro dan mikro. Program mikro misalnya mencakup unit kegiatan sains di suatu sekolah.
  3. Kebijakan : Terdapat 2 kegiatan sehubungan dengan investigasi suatu kebijakan yaitu penelitian kebijakan dan analisis kebijakan
  4. Organisasi
  5. Produk : Contoh evaluasi produk adalah evaluasi terhadap produk bidang pendidikan sepeti buku, media belajar spt CD interaktif dan animasi, TV edukasi dsb.
  6. Individu

E.     Jenis – Jenis Evaluasi Program
1.     Jenis evaluasi berdasarkan tujuan 
  dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1)      Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2)      Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3)      Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4)      Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan  untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
5)      Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.


2.      Jenis evaluasi berdasarkan sasaran
1)      Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional  tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan
2)      Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi  yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3)      Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan  faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4)      Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
5)      Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakin evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

3.      Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :
1)      Evaluasi program pembelajaran
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2)      Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
3)      Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4.      Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi Berdasarkan objek :
1)      Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
2)      Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadap  unsur-unsur transformasi proses pembelajaran antara lain materi, media, metode dan lain-lain.
3)      Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
5.      Evaluasi Berdasarkan subjek :
1)      Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
2)      Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat. 


A.    Prinsip – Prinsip Evaluasi Program
  Dalam evaluasi diperlukan prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif. Prinsip-prinsip itu antara lain:
a.      Kepastian dan kejelasan.
Dalam proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi menduduki urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak dirumuskan dulu secara jelas da¬lam. definisi yang operational. Bila kita ingin mengevaaluasi kemajuan belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita definisikan tujuan-tujuan instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat evaluasinya. Dengan demikian efektifitas alat evaluasi tergantung pada deskripsi yang jelas apa yang akan kita evaluasi. Pada umumnya alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test ini mencerminkan karakteristik aspek yang akan di¬ukur. Kalau kita akan mengevaluasi tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus dirumuskan dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan dengan tepat selanjutnya dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan demikian keberhasilan evaluasi lebih banyak ditentukan kepada kemampuan guru (evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan dengan jelas aspek-aspek individual ke dalam proses pendidikan.
a.      Teknik evaluasi
Teknik evaluasi yang dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi. Hendaklah diingat bahwa tidak ada teknik evaluasi yang cocok untuk semua ke¬perluan dalam pendidikanl Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin di¬capai dikembangkan tekmk evaluasi tersendiri yang cocok dengan tuju¬an tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi dan teknik yang diguna¬kan perlu dijadikan pertimbangan utama.
b.      Komprehensif.
Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak adalah teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam pelajar¬an. Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi mempunyai ke¬terbatasan-keterbatasan tersendiri. Test obyektif misalnya akan mem¬berikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa. Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia benar-benar mengerti tentang materi tersee. but, apakah sudah dapat mengembangkan ketrampilan berfikirnya, apakah akan dapat mengubah / mengembang¬kan sikapnya apabila menghadapi situasi yang nyata dan sebagainya. Lebih-lebih pada test subyektif yang penilaiannya lebih banyak tergan¬tung pada subyektivitas evaluatornya.
Atas dasar prinsip inilah maka seyogyanya dalam proses belajar-me¬ngajar, untuk mengukur kemampuan belajar siswa digunakan teknik evaluasi yang bervariasi. Bob Houston seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk mendapatkan hasil yang lebih I obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik tidak hanya dikembangkan dalam bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus didasarkan pula data kualitatif siswa yang diperoleh dari observasi guru, Kepala Sekolah, catatan catatan harian dan sebagainya. 
a.      Kesadaran adanya kesalahan pengukuran.
                    Evaluator harus menyadari keterbatasan dan kelemahan dalam tek¬nik evaluasi yang digunakan. Atas dasar kesadaran ini, maka dituntut untuk lebih hati-hati dalam kebijakan-kebijakan yang diambil setelah melaksanakan evaluasi. Evaluator menyadari bahwa dalam pengukuran yang dilaksanakan, hanya mengukur sebaglan (sampel) saja dari suatu kompleksitas yang seharusnya diukur, lagi pula pengukuran dilakukan hanya pada saat tertentu saja. Maka dapat terjadi salah satu aspek yang sifatnya menonjol yang dimi liki siswa tidak termasuk dalam sampel pe¬ngukuran. Inilah yang disebut sampling error dalam evaluasi.
b.      Evaluasi adalah alat, bukan tujuan.
Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh tanpa tujuan tertentu akan membuang waktu dan uang, bahkan merugi¬kan anak didik. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu ialah tujuan evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan di¬gunakan dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sam¬pai terbalik, sebab tanpa diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia. Atas dasar pengertian tersebut di atas maka kebijakan-kebi¬jakan pendidikan yang akan diambil dirumuskan dulu dengan jelas sebelumnya dipilih prosedur evaluasi yang digunakan dengan demikian.

  .    DAFTAR PUSTAKA
A.J. Hariwung. 1989. Supervisi Pendidikan. Jakarta : Ditjen Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

diunduh 10 Februari 2013