#QieQuote

"One of the most important keys to success is having the discipline to do what you know you should do, even when you dont feel like doing it."

Kamis, November 21, 2013

MENGGUGAT KESESUAIAN BAHAN AJAR DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A.    JUDUL : MENGGUGAT KESESUAIAN BAHAN AJAR DENGAN 
               TINGKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
B.     Latar Belakang
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah tetapi penyediaan bahan ajar selama ini masih menjadi kendala. Ada sebagian guru yang hanya terpaku kepada buku teks dalam menyediakan bahan ajar padahal bahan ajar dapat didesain dari berbagai sumber dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.

Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar keaslian dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan  bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar.
Akhir-akhir ini, dunia pendidikan kembali mendapat sorotan. Hal itu terjadi lantaran di beberapa sekolah ditemukan buku dan LKS yang memuat materi ajar yang kurang tepat untuk diberikan kepada peserta didik. Sebagai contoh, ditemukannya gambar artis Miyabi di LKS Bahasa Inggris SMP di Mojokerto (Tribunnews.com:24September 2012). Juga beberapa waktu lalu, cerita Bang Maman dan istri simpanan yang ditemukan pada LKS siswa SD di Jakarta (kompas.com:13 April 2012). Contoh-contoh tersebut menunjukkan kekurang telitian guru dalam memilih bahan ajar dan materi ajar yang tepat untuk siswa.
Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan  kurikulum yang memberi keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk melakukan pengembangan. Berkaitan dengan isi kurikulum, pusat hanya memberikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (yang merupakan standar minimal) yang harus dikuasai siswa pada setiap mata pelajaran. Ini berarti guru harus mengembangkan sendiri Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, untuk materi pelajaran, sumber belajar, serta bahan ajar guru diberi keleluasaan untuk berkreasi.
Namun demikian, dalam kenyataan sehari-hari, memilih materi, sumber belajar, dan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta didik mencapai kompetensi seringkali kurang mendapat perhatian guru. Hal ini terbukti masih banyak guru yang menempuh cara praktis dengan mempercayakan materi dari buku ajar yang sudah jadi (dari penerbit). Demikian pula dengan LKS. Padahal, tidak semua buku ajar dan LKS yang sudah jadi tersebut cocok dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Yang lebih memprihatinkan, guru sendiri belum mengkaji secara mendalam isi buku ajar yang dipilih tersebut sehingga terjadilah kasus-kasus di atas.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis mengangkat judul makalah pada seminar ini yaitu “Menggugat Kesesuaian Bahan Ajar dengan Tingkat Perkembangan Peserta Didik”

C.    Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memberikan batasan terhadaqp masalah tersebut yaitu :
1.      Defenisi, manfaat, dan tujuan penulisan bahan ajar
2.      Hal – Hal yang diperhatikan dalam penulisan bahan ajar
3.      Fase perkembangan anak usia sekolah
4.      Buku yang tepat sesuai usia anak



D.    Pembahasan
1.      Bahan Ajar
a.      Defenisi Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa:
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. (dikmenjur.net)


b.      Tujuan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
1)      Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
2)      Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3)      Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

c.       Manfaaf Bahan Ajar
            Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain;
1)      Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
2)      Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
3)      Bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
4)      Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
5)      Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
           Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
           Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

d.      Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menulis bahan ajar
                 Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1)      Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
2)      Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang dan bahasa yang mudah dipahami sesuai tingkat perkembangan peserta didik
3)      Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.artinya bisa memberikan pemahaman kepada setiap yang membaca.
4)      Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
5)      Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
6)      Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

2.      Fase perkembangan anak usia sekolah
Menurut Syamsu Yusuf  (2008) dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja menuliskan tentang karakteristik fase perkembangan usia sekolah dibagi menjadi:
1)        Perkembangan intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksikan rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan berhitung). Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka atau bilangan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah yang sederhana.
2)        Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan  orang lain. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama. Usia sekolah merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaraan kata.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
a)      Proses jadi matang, organ-organ suara pada anak sudah berfungsi dengan baik untuk berkata-kata.
b)      Proses belajar, bahwa anak yang telah matang untuk berbicara kemudian mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
3)         Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Perkembangan sosial pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga, mereka mulai membentuk ikatan dengan teman sebaya.
4)         Perkembangan emosi
Menginjak usia sekolah anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Mereka mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak malaui peniruan dan latihan (kebiasaan). Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu.
5)         Perkembangan moral
Anak mulai mengenal konsep moral dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
6)         Perkembangan motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah sesuai dengan kebutuhan atau minat. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

3.      Buku yang tepat sesuai usia anak
Dalam perspektif teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura, manusia, termasuk anak-anak, belajar segala sesuatu dengan meniru orang lain. Dewasa ini, media massa telah menjadi bagian dalam kehidupan anak-anak, termasuk buku-buku anak yang memiliki bermacam pilihan cerita. Dengan demikian, anak-anak bukan lagi hanya belajar dengan meniru orang lain yang berada dalam kehidupan nyata, tapi anak-anak juga belajar meniru dari buku-buku yang dibacanya.
Buku dengan pesan moral yang baik akan mengajarkan anak pada hal-hal yang baik sehingga membentuk karakter yang baik. Buku anak yang baik biasanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang baik seperti persahabatan, penghargaan, penghormatan, keberanian, kemandirian dan nilai-nilai dasar dalam pembentukan karakter lainnya. Pada buku anak, nilai-nilai tersebut dikemas dalam alur cerita yang dapat dimengerti anak dan dikombinasikan dengan desain ilustrasi yang menarik perhatian anak.
Dalam alur cerita, secara tidak langsung buku mengenalkan konsep yang disebut oleh Albert Bandura sebagai reward dan punishment dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks buku bacaan, alur cerita mengajarkan kepada anak konsekuensi apa yang didapatkannya jika ia melakukan atau tidak melakukan suatu hal. Anak-anak cenderung akan mengulang sebuah tindakan jika ia sudah tahu bagaimana cara dan rasa mendapatkan reward.
Pengulangan tindakan inilah yang dimaksud oleh Socrates dalam Nicomachean Ethics sebagai ’Kebiasaan’. Ia juga mengatakan bahwa, perkembangan karakter seseorang terjadi, paling tidak merupakan hasil dari kebiasaan. Semakin sering sebuah tindakan dipraktekan, seperti bagaimana anak berpikir, merasakan, dan bertindak, maka akan terbangun karakter berpikir, merasa dan bertindak dalam cara yang demikian.
Selain melalui pesan moral yang terkandung dalam buku anak, pembentukan karakter anak juga dipengaruhi oleh tokoh yang ada di dalam buku. Pada saat membaca atau dibacakan buku, anak akan merasa terlibat dalam alur cerita dan merasa berteman dengan tokoh-tokoh yang ada di dalam buku, terutama tokoh utama.
Anak akan ikut sedih ketika serigala menelan nenek si kerudung merah. Anak akan merasa tegang ketika sang pangeran bertarung dengan naga raksasa yang jahat untuk menyelamatkan putri raja. Anak juga bisa merasa senang ketika si beruang kecil yang tersesat bertemu kembali dengan Mama-Papanya.
Seperti dalam pertemanan di kehidupan nyata, ketika anak berteman dengan tokoh di dalam buku, ia juga akan belajar bagaimana temannya menyelesaikan masalah, memperlakukan orang lain, atau mengucapkan kata-kata. Kemudian anak akan meniru apa yang dilakukan temannya atau tokoh di dalam buku  ke dalam kehidupan nyata.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu anak-anak dapat meniru tokoh protagonis dan tokoh antagonis dengan sama baiknya. Tokoh protagonis yang baik akan mempengaruhi perkembangan karakter baik dalam diri anak. Begitu pula tokoh antagonis yang buruk tabiatnya. Di sinilah peran orang tua dan pendidik, untuk mengarahkan anak-anak agar ’berteman’ dengan tokoh-tokoh yang baik, sehingga karakter anak yang terbentuk pun menjadi karakter yang baik.
Pada akhirnya, pemilihan buku anak harus dilakukan dengan kesadaran karakter seperti apa yang akan dibentuk oleh buku anak tersebut. Banyaknya pilihan buku anak yang beredar di toko buku menuntut orang tua dan pendidik untuk cerdas memilih buku berdasarkan pertimbangan isinya, ini lebih penting daripada harga yang tercantum pada sampul luarnya.

E.     Kesimpulan
         Pemilihan materi dan bahan ajar memang sepenuhnya berada di tangan guru. Untuk dapat memilih materi dan bahan ajar yang tepat tentu guru dituntut untuk banyak membaca. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula wawasan dan pengetahuan yang dimiliki guru. Dengan demikian, guru dapat memilih dan memilah materi dan bahan ajar yang tepat untuk di bawa ke dalam kelas sehingga kasus-kasus di atas pun tak perlu terjadi.
         Guru tak seharusnya hanya mengandalkan buku / bahan ajar (LKS) yang dijual bebas, tapi guru juga harus memperhatikan keseluruhan isi dari bahan ajar tersebut karena bacaan yang ada nantinya akan mempengaruhi perkembangan serta pola piker dan karakter peserta didik, apalagi untuk usia sekolah dasar, peserta didik lebih mudah memahami hal – hal kongkrit atau nyata untuk dipraktekkanya. Jika bahan bacaannya tidak sesuai dengan usia nya maka fase perkembangannya pun akan terganggu.



DAFTAR PUSTAKA

Pribadi, Benny A. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas
Terbuka

Purwanto, 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud

Yusuf LN, Syamsu.2001.Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Jakarta :
Rosda

13 April 2012.“Istri Simpanan” Ada di semua buku teks.edukasi.kompas.com
(5 September 2012)

2010.Panduan Pembuatan Bahan Ajar. infopendidikankita.blogspot.com
(30 September 2012)

24 September 2012. LKS bergambar artis porno Miyabi dibakar.tribunnews.com
(30 September 2012)

2010.Panduan bahan ajar.dikmenjur.net (30 September 2012)

0 CoMmenT:

Posting Komentar